Sunday, August 15, 2004

Cinta Itu Bikin Meriang




"Kak, cinta itu ternyata bikin meriang ya?" tutur seorang remaja. Saya memandang wajahnya yang cantik sambil tersenyum," Memangnya kenapa?" Selanjutnya remaja belasan tahun itu bertutur betapa sulitnya ia mendapatkan perhatian dari seorang teman pria di sekolahnya."Orangnya cool, pinter, jago basket dan main piano. Coba di mana lagi kak ada cowok seperti itu?" tuturnya penuh semangat.

"Trus saya pdkt sama dia, yah gak bisa terang-terangan, saya khan cewek. Setiap hari, saya pakai banyak cara supaya si cowok tahu kalau saya suka sama dia." "Trus, bagaimana hasilnya?
Sukses?,"tanya saya saya."Udah deket sih kak, dan dianya kayaknya juga gimana gitu deh kak?,"jawabnya manja." Gimananya gimana?" Saya menukas tidak sabar. "Kayaknya sih dia suka, tapi gak ngomong. Dari caranya ngeliat saya, rasanya ada sesuatu. Tapi saya bingung dia suka ata tidak ya kak dengan saya? Kalau suka kenapa gak ngomong, kalo engga, kenapa tingkahnya kayak
gitu?"

Mendengar rentetan pertanyaannya saya setuju dengan kalau memang cinta itu membuat orang meriang. Panas-dingin tak tentu. Mendengarkan remaja yang lagi jatuh cinta saja juga bisa membuat saya meriang, karena ceritanya selalu panjang dan membingungkan! Tapi, itulah cinta! Ia punya kuasa yang luar biasa. Ia sanggup membuat perasaan orang terbang melayang seperti Rajawali di angkasa, tetapi ia juga sanggup membuat seseorang karam, seperti Titanic yang berakhir di dasar laut. Yah, saya rasa Anda dan saya pernah menjalani masa remaja dengan segala keindahan dan juga keanehan cinta.

"En, kok saya tidak deg-degan ya kalau ketemu pacar saya?" kali ini seorang pemuda berusia hampir 30-an tahun yang ganti bertanya. "Emang, kamu kalau ketemu pacarmu jantungmu berhenti berdetak alias kamu langsung mati?" jawab saya sekenanya. "Ya, tidak seperti itu, tetapi kenapa ya rasanya tidak seperti waktu masih smu dulu? Ada deg-deg-annya. Rasanya seperti kena setrum." "Oh, jadi kamu mau kena setrum? Gampang aja, masukin jari ke colokan listrik. Dijamin kesetrum beneran. " Saya masih menjawab sesuka saya. Saya heran sekali dengan pemuda itu. Ia dan pacarnya sudah berpacaran selama 2 tahun. Mereka terlihat cocok dan saling melengkapi. Orang-orang di gereja pun mengatakan bahwa mereka adalah pasangan yang serasi."Apa ada yang kurang dari pacarmu?" kata saya."Oh, tidak. Semuanya berjalan dengan sangat baik. Saya rasa kami cocok, tapi, kok tidak ada lagi rasa deg-degan seperti ketika saya pacaran waktu remaja dulu?" "Benarkah saya mencintainya
dan dia mencintai saya?"

Remaja meriang karena menanti kepastian, pemuda meriang karena hilangnya deg-degan itu. Tidak bisa dipungkiri khan bahwa cinta memang membuat kita meriang. Cinta membuat kita meriang karena ketidakpastian yang kadangkala menyertainya. Tapi repotnya tidak ada seorang pun yang dapat hidup tanpa cinta. Kita adalah makluk yang mencintai dan dicintai. Ini berarti kita mesti membiasakan diri dan bahkan mensyukuri rasa meriang. Rasa meriang ternyata adalah tanda bahwa kita ternyata masih ingin mencintai dan rindu untuk dicintai.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home