Monday, August 30, 2004

Sebuah hadiah untuk berdua

Hari itu hari yang indah untuk berjalan-jalan di
Portland. Kami adalah sekelompok konselor yang
sedang libur, jauh dari orang-orang yang
berkemah, berjalan-jalan untuk santai. Cuacanya
bagus untuk piknik, jadi saat makan siang tiba,
kami menuju sebuah taman kecil di kota. Karena
kami semua ingin makanan yang berbeda, kami
memutuskan untuk berpisah, membeli makanan
yang
diinginkan dan kemudian bertemu kembali di
lapangan rumput.
Waktu temanku, Robby, menuju penjual hot dog,
aku
memutuskan menemaninya. Kami memandang si
penjual
membuat hot dog yang enak, persis yang
diinginkan
Robby. Tapi saat temanku mengeluarkan uang
untuk
membayar, si penjual mengejutkan kami.
“Tampaknya hotdog ini sudah kurang hangat,”
katanya “jadi tidak usah dibayar. Biar gratis
saja”
Kami mengucapkan terima kasih, bergabung
dengan
teman-teman di taman, dan mulai makan. Tapi
saat
kami mengobrol dan makan, perhatianku terpecah
ke
seorang lelaki yang duduk sendirian di dekat
situ, memandang kami. Kelihatan ia sudah berhari-
hari tak mandi. Gelandangan lagi, pikirku, sama
seperti gelandangan lain di kota-kota. Aku tak
memperhatikannya lagi.
Kami selesai makan dan memutuskan melanjutkan
berjalan-jalan. Tapi waktu aku dan Robby hendak
membuang sampah, aku mendengar suara yang
cukup
keras bertanya, “Kotak makanan itu masih ada
isinya, tidak?”
Rupanya lelaki yang memandangi kami tadi. Aku
tak
tahu harus berkata apa, “Tidak, semuanya sudah
dimakan”
“Oh.” Cuma itu jawabnya, tanpa ada rasa malu
dalam suaranya. Terlihat jelas ia sedang lapar,
dan tak tahan melihat makanan dibuang, dan ia
sudah biasa menanyakan pertanyaan itu.
Aku kasihan pada lelaki itu tapi aku tak tahu
harus berbuat apa. Saat itulah Robby
berkata, “Tunggu di sini, aku pergi sebentar,”
lalu pergi. Aku memandang dengan rasa ingin tahu
sementara ia menyeberang ke penjual hotdog .
Lalu aku menyadari apa yang dilakukannya. Ia
membeli sebuah hotdog, menyeberang kembali ke
tempat sampah, lalu memberikan makanan itu
pada
si lelaki yang lapar.
Waktu ia kembali bergabung. Robby hanya
berkata, “Aku hanya meneruskan kebaikan yang
diberikan padaku, “

Hari itu aku belajar bagaimana kemurahan hati
tidak berhenti pada orang yang kau beri.
Dengan memberi, kau mengajar orang lain untuk
memberi juga.

“Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan,
siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi
minum” (Ams 11:24)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home