Sunday, October 10, 2004

Budaya Indo vs Jepang

Budaya Orang Indonesia Menurut Orang
Jepang

Published: 24.05.2004 Prof Nagano, staf
pengajar Nihon University, memberikan
kuliah intensive course dalam bidang Asian
Agriculture di IDEC, Hiroshima University.
Beliau sering menjadi konsultan pertanian
di negara-negara Asia, termasuk Indonesia.
Ada beberapa hal yang menggelitik yang
beliau utarakan sewaktu membahas tentang
Indonesia:

1. Orang Indonesia suka rapat dan
membentuk panitia macam-macam

Setiap ada kegiatan selalu di rapatkan dulu,
tentunya dengan konsumsinya sekalian.
Setelah rapat perlu dibentuk panitia,
kemudian diskusi berulang kali, saling kritik,
dan merasa idenya yang paling benar dan
akhirnya pelaksanaan tertunda-tunda
padahal tujuannya program tersebut
sebetulnya baik.

2. Budaya Jam Karet

Selain dari beliau, saya sudah beberapa kali
bertemu dengan orang asing yang pernah
ke Indonesia. Ketika saya tanya kebudayaan
apa yang menurut anda terkenal dari
Indonesia dengan spontan mereka jawab:
Jam Karet! Saya tertawa, tapi sebetulnya
malu dalam hati. Sudah sebegitu parahkah
disiplin kita?


3. Kalau bisa dikerjakan besok kenapa tidak
(?)

Kalau orang lain berprinsip kalau bisa
dikerjakan sekarang kenapa ditunda besok?
Saya pernah malu juga oleh tudingan
Sensei saya sendiri tentang orang
Indonesia. Beliau mengatakan,
Orang Indonesia mempunyai budaya
menunda-nunda pekerjaan.

4. Umumnya tidak mau turun ke Lapangan

Beliau mencontohkan, ketika dia mau
memberikan pelatihan kepada para petani,
pendampingnya dari Direktorat Pertanian
datang dengan safari lengkap, padahal
beliau sudah datang dengan work wear
beserta sepatu boot.
Pejabat tersebut hanya memberikan
petunjuk tanpa bisa turun ke lapangan,
kenapa? Karena mereka datangnya pakai
safari dan ada yang berdasi. Begitulah
beliau menggambarkan orang Indonesia
yang hebat sekali dalam bicara dan
memberikan instruksi, tapi jarang yang mau
turun langsung ke lapangan.

Saya hanya ingin mengingatkan bahwa kita
sudah terlalu sering dinina-bobokan oleh
istilah Indonesia kaya, masyarakatnya suka
gotong royong, ada Pancasila, agamanya
kuat, dan lain-lain. Dan itu hanyalah istilah,
kenyataannya bisa kita lihat sendiri.

Ternyata negara kita hancur-hancuran,
bahkan susah untuk recovery lagi, mana
sifat gotong-royong yang membuat negara
seperti Korea, bisa bangkit kembali. Kita
selalu senang dengan istilah tanpa action.
Kita terlalu banyak diskusi, saling lontar ide,
kritik, akhirnya waktu terbuang percuma
tanpa action. Karena belum apa-apa sudah
ramai duluan.

Kapan kita akan sadar dan introspeksi akan
kekurangan-kekurangan kita dan tidak
selalu menjelek-jelekkan orang lain?
Selama itu belum terjawab, kita akan terus
seperti ini, menjadi negara yang katanya
sudah mencapai titik minimal untuk disebut
negara beradab dan tetap terbelakang
disegala bidang.

Mudah-mudahan pernyataan beliau menjadi
peringatan bagi kita semua, terutama saya
pribadi agar bisa lebih banyak belajar dan
mampu merubah diri untuk menjadi yang
lebih baik.



A D L,
Graduate School for International
Development and
Cooperation (IDEC) Hiroshima University

0 Comments:

Post a Comment

<< Home