Thursday, August 19, 2004

Kenapa kamu harus hidup ....

Aku mempunyai seorang teman, sebut saja namanya
Roy. Yah…meskipun dia tidak terlalu tampan &
bukan anak orang kaya…., tapi dia adalah seorang
teman yang baik, ramah, dan suka menolong. Dia
selalu mengutamakan temannya bahkan lebih
daripada kepentingan dirinya sendiri. Dia adalah
orang yang selalu tersenyum dan tertawa, meski di
dalam hatinya aku tahu, ada kesedihan yang
dalam,
karena di keluarganya dia selalu jadi bahan
makian orang tuanya, orang tuanya selalu
mengatakan bahwa dia adalah anak yang bodoh,
anak
yang tidak berguna. Di rumah dia menjadi seorang
pemberontak sedang di sekolah dia berubah
menjadi
orang yang sangat bahagia, selalu tertawa
dan ‘agak berlebihan’ dalam mencari perhatian
teman-temannya.
Aku mengerti dia melakukannya karena untuk
menutupi kesedihannya sewaktu di rumah.
Suatu saat, akhirnya dia memiliki seorang pacar,
pacar yang cantik, baik, & pintar.
Roy sangat mencintainya….
Meski demikian, dia tidak pernah melupakannya
teman-temannya seperti kebanyakan orang yang
lupa
akan temannya pada saat dia menemukan
cintanya
Kami masih sering berbicara, dia menceritakan
berbagai hal ttg pacarnya itu,
Dia bercerita bahwa masa pacaran adalah saat
yang
paling indah yang pernah dia rasakan dalam
hidupnya.
Namun setelah 2 bulan berlalu, dia putus dengan
pacarnya itu, karena pacarnya merasa banyak
ketidakcocokan dengannya. Seringkali mereka
bertengkar karena hal yang sepele,
Roy lebih sering diatur-atur tentang ini itu oleh
pacarnya… tetapi karena Roy merasa dirinya
adalah
seorang pria yang keras juga, Roy tidak mau
diatur siapapun, dia seringkali membantah dan
marah…..
Karena demikian pacarnya memutuskan
hubungannya,
karena pacarnya sudah tidak bisa lagi memahami
Roy….
Roy-pun menyesali atas kelakuannya pada
pacarnya
dan meminta pacarnya agar dapat kembali
bersamanya. Tetapi keputusan pacarnya sudah
bulat. .
Roypun menceritakan semuanya padaku di
telepon,
dia berkata, dia tidak bisa hidup lagi tanpa
pacarnya yang bisa menolognya, menghiburnya,
yang
selalu ada di sisinya.
Dia mengatakan sudah tidak tahan lagi atas segala
masalah yang terjadi, baik itu masalah dengan
pacarnya ataupun masalah dengan keluarganya,
dia
berulang kali mengatakan ingin bunuh diri, dia
mengatakan ingin minum racun tikus atau minum
pembasmi serangga dan macam-macam. Aku lalu
melarangnya dan berteriak “Jangan!! Jangan bicara
seperti itu, kau tahu hidupmu sangat berharga,”
Lalu terdengar tawa kecil yang dipaksakan dan
bernada dingin terdengar di ujung sana, “Yaaa….
Ya… kamu benar…”
Lalu kami mematikan telepon, tapi setelah kami
berjanji akan langsung tidur.
Namun aku sama sekali tidak merasa mengantuk.
Aku
begitu khawatir dan merasa akulah satu-satunya
harapan Roy. Ia sudah berulang kali mengatakan
padaku bahwa sulit baginya membuka diri kepada
siapapun selain kepadaku. Bagaimana mungkin
ada
orang yang tak ingin hidup? Aku bahkan bisa
membuat daftar alasan mengapa aku bahagia bisa
bangun setiap pagi. Dengan panik aku memutar
otak
mencari cara meyakinkan Roy tentang hal ini. Lalu
seolah-olah bole lampu di kepalaku menyala. Aku
mengambil selembar kertas notes dan memberinya
judul, “Mengapa Roy harus Hidup”, di bawahnya
aku
memulai mendaftarkan semua alasan yang terpikir
olehku tentang mengapa seseorang harus tetap
hidup.
Awalnya hanya dimulai dengan beberapa berubah
menjadi duapuluh, lalu tigapuluh, lalu empat
puluh tujuh. Hingga tengah malam, aku telah
menuliskan tujuh puluh tujuh alasan mengapa Roy
harus hidup.
Sepuluh yang terakhir adalah sebagai berikut :
67) Di kuburan tidak ada tempat bermain video
game.
68) Tuhan mencintaimu.
69) Tanah sedalam 2 meter sangat tidak nyaman
dibanding kasurmu.
70) Di kuburan tidak ada restoran Steak yang enak.
71) Pelajaran Kalkulus akan sangat membosankan
karena tidak ada kamu.
72) Kau belum memenuhi janjimu yaitu mentraktir
Pizza.
73) Kau takkan suka bergaul dengan setan
selamanya.
74) Katamu kau ingin mengajakku jalan-jalan ke
Amerika.
75) Kau kan belum pernah mengendarai mobil
BMW
yang selalu kauidamkan.
76) Kau tidak bisa melihat lagi indahnya matahari
saat terbenam di pantai.
77) Kau tidak pernah boleh menyesali siapa
dirimu, kau hanya boleh menyesali apa
dirimu sekarang.

Yakin aku telah berusaha sebaik mungkin, aku
naik
ke ranjang untuk menunggu pelaksanaan tugas
esok
hari; menyelamatkan Roy….
Aku menunggunya di pintu ruang kelas, lalu aku
serahkan daftar itu saat ia berjalan masuk. Aku
memperhatikan dari sisi lain kelas saat ia
membaca lembaran penuh bekas lipatan di
pangkuannya. Aku menunggu, tapi ia tidak
mengangkat mukanya selama satu jam pelajaran.
Setelah pelajaran selesai, aku mendekatinya,
khawatir, tapi sebelum aku sempat berkata-kata,
kedua lengannya sudah memelukku erat. Sesaat
aku
membalas pelukannya, airmata nyaris
membutakanku.
Ia melepaskanku dan dengan tatapan lembut ke
mataku, ia berjalan keluar kelas. Ia tak perlu
mengucapkan terimakasih, wajahnya sudah
mengatakan semuanya.
Seminggu kemudian, Roy pindah ke sekolahan lain
supaya bisa tinggal dengan neneknya.
Selama berminggu-minggu aku tak mendengar apa-
apa, sampai suatu malam, telepon berdering, aku
mengangkatnya dan aku mendengar suara yang
kukenal sebelumnya.
Ia menceritakan bagaimana ia mendapat teman-
teman
baru di sekolahnya dan ia mendapatkan nilai-
nilainya jauh lebih baik, dan ia masuk tim
sepakbola di sekolahnya.
Lalu dia berkata, “Tapi kau tahu apa yang paling
hebat?” aku merasakan kebahagiaan sejati dalam
suaranya…
“Aku tidak menyesali siapa diriku, juga apa
diriku yang sekarang.”
Aku hanya bisa mengucapkan syukur, akhirnya dia
mengerti….
Mengerti siapa dirinya yang sebenarnya…. Untuk
apa dia hidup….
Roy sangatlah beruntung, tidak semua orang
seberuntung itu pada saat dirinya putus asa,
ingin melukai diri sendiri, bahkan ingin bunuh
diri karena tidak tahan akan cobaan hidup…..
Tetapi ingatlah, kamu tidak sendirian dalam hidup
ini, masih ada teman-temanmu atau keluargamu
yang
memperhatikanmu, membutuhkanmu,
mencintaimu, dan
merasa sangat kehilangan jika kamu mati.
Janganlah kau lupakan mereka……… :)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home