Monday, January 24, 2005

Dua Buah Ember

Dua buah ember di tepi sebuah perigi. Tak dapat
dipastikan sudah berapa banyak air yang telah
mengisi kedua ember itu. Namun selalu saja
kedua ember tersebut pada akhirnya harus
menjadi kosong, dan akan dibawa lagi ke tepi
perigi ini untuk diisi air.

Engkau nampak murung kurang bergembira hari
ini. Apa gerangan yang telah menggerogoti
bathinmu? Tanya satu di antaranya kepada ember
yang lain yang berada di sampingnya.

Oh nasib...nasib!! Sungguh suatu pekerjaan
yang sia-sia tanpa arti. Setiap hari saya selalu
mengulangi pekerjaan yang sama, yakni datang ke
perigi ini untuk diisi dengan air hingga penuh.
Namun setelah itu saya akan menjadi kosong lagi
dan harus datang lagi ke tempat ini. Sungguh
membosankan!! Keluh ember yang ditanya.

Oh...begitu!! Sahut ember yang pertama. Tapi
aku tak pernah berpikir demikian. Sebaliknya,
setiap kali setelah tiba di tepi perigi ini, saya akan
selalu dengan penuh gembira berkata; Dalam
kehampaan aku datang, namun dalam kelimpahan
aku meninggalkan tempat ini. Sungguh suatu
kebahagiaan yang luar biasa.

Kita mungkin perlu mengubah sudut pandangan,
agar bisa melihat rutinitas hidup harian kita secara
baru, serta memberikan arti rohani yang baru pula
pada apa yang nampaknya biasa-biasa saja.



0 Comments:

Post a Comment

<< Home