Friday, January 28, 2005

What Kind a Soul are you??





You Are an Old Soul





You are an experience soul who appreciates tradition.
Mellow and wise, you like to be with others but also to be alone.
Down to earth, you are sensible and impatient.
A creature of habit, it takes you a while to warm up to new people.

You hate injustice, and you're very protective of family and friends
A bit demanding, you expect proper behavior from others.
Extremely independent you don't mind living or being alone.
But when you find love, you tend to want marriage right away.

Souls you are most compatible with: Warrior Soul and Visionary Soul



Stage to be PerFecT

Kadang kita bertanya dlm hati &
menyalahkan
Tuhan, "apa yg telah saya lakukan sampai
saya
harus mengalami ini semua ?" atau "kenapa
Tuhan membiarkan ini semua terjadi pada
saya ?"

Here is a wonderful explanation...

Seorang anak memberitahu ibunya kalau
segala
sesuatu tidak berjalan seperti yang dia
harapkan.
Dia mendapatkan nilai jelek dalam raport,
putus
dengan pacarnya, dan sahabat terbaiknya
pindah
ke luar kota. Saat itu ibunya sedang
membuat
kue, dan menawarkan apakah anaknya mau
mencicipinya, dengan senang hati dia
berkata, "Tentu saja, I love your cake."
"Nih, cicipi mentega ini," kata Ibunya
menawarkan.
"Yaiks," ujar anaknya.
"Bagaimana dgn telur mentah ?"
"You're kidding me, Mom."
"Mau coba tepung terigu atau baking soda ?"
"Mom, semua itu menjijikkan."
Lalu Ibunya menjawab, "ya, semua itu
memang
kelihatannya tidak enak jika dilihat satu per
satu.
Tapi jika dicampur jadi satu melalui satu
proses yang benar, akan menjadi kue yang enak."

Tuhan bekerja dengan cara yang sama.
Seringkali kita bertanya kenapa Dia
membiarkan
kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak
menyenangkan. Tapi Tuhan tahu jika Dia
membiarkan semuanya terjadi satu per satu
sesuai dgn rancanganNya, segala
sesuatunya akan menjadi sempurna tepat pada
waktunya.
Kita hanya perlu percaya proses ini diperlukan
untuk menyempurnakan hidup kita.

Tuhan teramat sangat mencintai kita. Dia
mengirimkan bunga setiap musim semi,
sinar matahari setiap pagi. Setiap saat kita ingin
bicara, Dia akan mendengarkan. Dia ada setiap
saat kita membutuhkanNya, Dia ada di setiap
tempat, dan Dia memilih untuk berdiam di hati kita.


Jika anda merasa terberkati dengan artikel
ini, kirimkan pada teman-teman yang anda
kasihi, I
already did...

KEBAHAGIAAN

Ada seorang Ayah dalam sebuah keluarga. Ia
adalah seorang pekerja keras yg mencukupi
seluruh kebutuhan hidup bagi istri dan ketiga
anaknya.
Ia menghabiskan malam-malam sesudah bekerja
dengan menghadiri kursus-kursus,untuk
mengembangkan dirinya dengan harapan suatu
hari
nanti dia bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji
yang lebih baik.
Kecuali hari2 Minggu,Sang Ayah sangat susah
untuk bisa makan bersama-sama keluarganya.
Dia bekerja dan belajar sangat keras karena dia
ingin menyediakan keluarganya apa saja yang
bisa dibeli dengan uang.

Setiap kali keluarganya mengeluh kalau dia tidak
punya cukup waktu dengan mereka, dia selalu
beralasan bahwa semuanya ini dilakukan untuk
mereka.
Tetapi seringkali dia sangat berkeinginan untuk
menghabiskan waktu
bersama keluarganya. Suatu hari tibalah saatnya
hasil ujian diumumkan.
Dengan sangat gembira, Sang Ayah ini lulus,
dengan prestasi gemilang pula! Segera sesudah
itu, dia ditawarkan posisi yang
baik sebagai Senior Supervisor dengan gaji yang
menarik.

Seperti mimpi yang menjadi kenyataan, sekarang
Sang Ayah mampu memberikan keluarganya
kehidupan yang lebih mewah, seperti
pakaian yang indah-indah, makanan-makanan
enak dan juga liburan ke luar negeri.
Namun, keluarganya masih saja tidak bisa
bertemu dengan Sang Ayah hampir dalam seluruh
minggu. Dia terus berkerja sangat keras, dengan
harapan bisa dipromosikan ke jabatan Manager.
Nyatanya, untuk membuat dirinya calon yang
cocok untuk jabatan itu, dia mendaftarkan diri
pada kursus lain di Universitas Terbuka.
Lagi, setiap saat keluarganya mengeluh kalau
Sang Ayah tidak
menghabiskan cukup waktu untuk mereka, dia
beralasan bahwa dia melakukan semua ini demi
mereka. Tetapi, seringkali lagi dia
sangat berkeinginan untuk menghabiskan lebih
banyak waktu lagi dengan keluarganya.

Kerja keras Sang Ayah berhasil dan dia
dipromosikan. Dengan penuh sukacita, dia
memutuskan untuk memperkerjakan seorang
pembantu untuk membebaskan istrinya dari tugas-
tugas rutinnya. Dia juga merasa kalau flat dengan
tiga kamar sudah tidak cukup besar lagi, akan
sangat baik untuk keluarganya bisa menikmati
fasilitas dan kenyamanan sebuah kondominium.

Setelah merasakan jerih payah kerja kerasnya
selama ini, Sang Ayah
memutuskan untuk lebih jauh lagi belajar dan
bekerja supaya bisa
dipromosikan lagi. Keluarganya masih tidak bisa
sering bertemu dengan dia. Kenyataannya, kadang-
kadang Sang Ayah harus
bekerja di hari-hari Minggu untuk menemani tamu-
tamunya. Lagi, setiap kali keluarganya mengeluh
kalau dia tidak menghabiskan cukup waktu
dengan mereka, dia beralasan kalau semua ini
dilakukan demi mereka.
Tetapi, seringkali lagi dia sangat berkeinginan
untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan
keluarganya. Seperti yang diharapkan, kerja keras
Sang Ayah berhasil lagi dan dia membeli sebuah
kondominium yang indah dan menghadap ke
pantai Singapura.

Pada malam pertama di rumah baru mereka, Sang
Ayah mengatakan kepada keluarganya bahwa dia
memutuskan untuk tidak mau mengambil kursus
dan mengejar promosi-promosi lagi. Sejak saat itu
dia ingin memberikan lebih banyak waktu lagi
untuk keluarganya. Namun, Sang Ayah tidak
bangun-bangun lagi keesokan harinya.....



Pertanyaan untuk Refleksi:
Apakah anda bekerja untuk hidup atau hidup untuk
bekerja?
ADA DUA HAL YANG HARUS DICAPAI DALAM
KEHIDUPAN INI:
PERTAMA, UNTUK MENDAPATKAN APA YANG
ANDA INGINKAN; DAN SESUDAH ITU, UNTUK
MENIKMATINYA.
HANYA ORANG YG SANGAT BIJAKSANA YANG
DAPAT MENCAPAI YANG KEDUA.
Kekuatiran tidak bisa menghilangkan penderitaan
hari esok, hanya bisa menghilangkan Kekuatan
hari ini.

Kebahagiaan tidak tergantung dari berapa banyak
yang harus anda nikmati, tetapi bagaimana anda
menikmati apa yang anda miliki.
"Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum
dan menikmati kesenangan dalam segala jerih
payahnya, itu juga adalah pemberian Allah".

say love...

1. Do You Mean It?

Decide if you really want to say "I love you" or if
you have an ulterior motive. Escalating a
relationship to the love phase for sexual, financial,
or other secondary reasons only causes problems
down the road.


2. Will it be Reciprocated?

Calculate whether or not you believe your partner
is
at the same juncture. If you partner is using
phrases like, "I'm falling for you", "I've never felt this
way", or "I could spend forever with you", there's a
good chance your "I love you" will be reciprocated.


3. How Will the Message be Delivered?

Decide the best way to communicate the message
based on you and your partner's style. If your
partner loves text messages or emails, consider a
cyber-expression. If your partner is the
spontaneous type, then mix the "I love you" into a
fun-filled evening together.


4. Can you Back it Up?

Saying "I love you" for the first time will be more
meaningful and impactful if you back it up with a
few reasons. Tell your partner what you love about
them, whether it's their gentle spirit, passionate
kisses, or optimistic outlook on life.


5. Will you Take the Pressure Off?

Your partner may respond positively immediately
or
they may be caught off guard and need some time
to let the moment sink in. If your partner doesn't
respond right away, give it a chance. There's no
reason to cause a fight. Just because you've been
planning this moment, remember it's new and
possibly out of the blue for your partner.

6. Are you Ready for the Next Step?

Don't get fooled into believing all the pressure is
lifted once "I love you" is on the table from both
parties. Escalating a relationship to the "I love you"
phase opens the door to discussing long term
commitment and possibly marriage. Be ready for
the next steps if you say "I love you".

Love

Monday, January 24, 2005

TOSERBA DI SURGA

Saya sedang berjalan sepanjang jalan raya
kehidupan beberapa waktu yang lalu. Saya melihat
suatu gedung bertuliskan "Toko Serba Ada
SORGA". Ketika saya mendekat, pintunya terbuka
lebar, kemudian saya masuk. Saya melihat
malaikat-malaikat bertugas di situ. Salah satunya
memberikan pada saya sebuah keranjang belanja
dan berkata, "Anakku, pilihlah barang belanjaanmu
dengan cermat. Segala sesuatu yang diperlukan
orang Kristen tersedia di sini. Bila kamu tidak
sanggup membawanya, kembalilah lagi ke sini."

Pertama saya mengambil KESABARAN dan
KASIH di rak yang sama. Di rak lain saya
mengambil PENGERTIAN, Anda memerlukan
semuanya itu di manapun Anda berada.
Saya mengambil sekotak KEBIJAKSANAAN, dan
dua kantong IMAN. Saya berhenti untuk
mengambil beberapa KEKUATAN dan
KEBERANIAN untuk membantu saya
memenangkan pergumulan saya. Walaupun
keranjang saya hampir penuh, saya ingat untuk
mengambil beberapa ANUGERAH.

Saya tidak lupa akan KESELAMATAN, karena
dengan keselamatan kita dimerdekakan. Oleh
karena itu saya mengambil secukupnya untuk
Anda dan saya. Kemudian saya pergi ke kasir
untuk membayar, saya rasa saya telah
memperoleh semuanya yang saya perlukan untuk
melakukan kehendak Tuhan.

Saya menuju ke tempat pembayaran, ketika
melewati suatu suatu rak saya melihat DOA, saya
mengambilnya karena saya tahu bila saya keluar
saya akan bertemu dengan DOSA dan saya akan
memerlukannya. DAMAI dan SUKACITA terdapat
di rak terakhir. NYANYIAN dan PUJIAN juga ada di
situ. Saya mengambil masing-masing satu.

Kemudian sambil tersenyum saya bertanya pada
Malaikat, "Berapa yang harus saya bayar?"

Dia juga tersenyum dan berkata, "Bawa saja
barang-barang itu kemanapun Anda pergi!"

Saya tersenyum lagi dan bertanya, "Berapa
sesungguhnya yang harus saya bayar?"

Malaikat itu tersenyum lagi dan berkata, "Anakku,
Yesus telah membayar semua keperluan Anda
sejak lama berselang."

Dua Buah Ember

Dua buah ember di tepi sebuah perigi. Tak dapat
dipastikan sudah berapa banyak air yang telah
mengisi kedua ember itu. Namun selalu saja
kedua ember tersebut pada akhirnya harus
menjadi kosong, dan akan dibawa lagi ke tepi
perigi ini untuk diisi air.

Engkau nampak murung kurang bergembira hari
ini. Apa gerangan yang telah menggerogoti
bathinmu? Tanya satu di antaranya kepada ember
yang lain yang berada di sampingnya.

Oh nasib...nasib!! Sungguh suatu pekerjaan
yang sia-sia tanpa arti. Setiap hari saya selalu
mengulangi pekerjaan yang sama, yakni datang ke
perigi ini untuk diisi dengan air hingga penuh.
Namun setelah itu saya akan menjadi kosong lagi
dan harus datang lagi ke tempat ini. Sungguh
membosankan!! Keluh ember yang ditanya.

Oh...begitu!! Sahut ember yang pertama. Tapi
aku tak pernah berpikir demikian. Sebaliknya,
setiap kali setelah tiba di tepi perigi ini, saya akan
selalu dengan penuh gembira berkata; Dalam
kehampaan aku datang, namun dalam kelimpahan
aku meninggalkan tempat ini. Sungguh suatu
kebahagiaan yang luar biasa.

Kita mungkin perlu mengubah sudut pandangan,
agar bisa melihat rutinitas hidup harian kita secara
baru, serta memberikan arti rohani yang baru pula
pada apa yang nampaknya biasa-biasa saja.



Kios Suara Hati

Beberapa waktu yang lalu pernah muncul sebuah
kisah menarik yang ditayangkan dalam berita
televisi di Taiwan. Di pegunungan Alishan ada
sebuah tempat yang bernama Rueili. Seutas jalan
yang menghubungkan Chiay dan Alishan melewati
daerah ini.

Di pinggir jalan ada sebuah tempat penjualan
sayur-sayuran segar, sayuran yang tumbuh dan
mendapat pupuk organik alamiah tanpa bahan-
bahan kimia yang dewasa ini disinyalir oleh dunia
medis sebagai unsur yang bisa mendatangkan
kanker. Di samping sayur mayur, ada juga buah-
buahan segar dijajar dalam kiosk kecil itu.

Namun anehnya. Kiosk itu terbuka selama 24 jam
sehari dan tak pernah ditutup. Lebih aneh lagi, tak
ada seorangpun yang duduk di sana melayani para
pembeli. Daftar harga per kilogram dari masing-
masing barang tertulis jelas. Sebuah alat timbang
terletak di atas meja. Sebuah tong yang dibuat
dari kayu ditinggalkan di salah satu sudut. Dalam
tong kayu ini terdapat lembaran uang kertas serta
uang logam yang dimasukan oleh para pembeli.

Di luar kios tersebut tertulis dalam huruf Cina; Kios
Suara Hati. Seorang ibu tua, penduduk asli di
daerah pegunungan Alisan, ketika ditanya oleh
wartawan TV berkata; Lewat kios kecil ini saya
ingin mendidik setiap orang untuk menghormati
suara hati masing-masing. Di sini tak ada orang
yang menjaga. Namun saya yakin, suara hati
setiap orang akan meneguhkan atau mengadili bila
ia berbuat sesuatu.


Ketika menjadi Presiden, Lincoln berhadapan
dengan begitu banyak kritik terutama ketika ia
berhadapan dengan Civil War. Namun ia secara
teguh berpegang pada prinsipnya dan berkata;
Saya akan bertahan hingga akhir. Aku tahu pada
saat saya meletakan jabatanku, aku akan
kehilangan banyak sahabat, namun aku yakin aku
sekurang-kurangnya masih memiliki seorang
sahabat, yakni dia yang ada dalam bathinku. Ia
berpegang pada tuntunan suara hatinya.